Mari kita sebar luaskan optimisme menyongsong tahun baruMasehi 2019. Membakar semangat perempuan. Menggerakkan perempuan di kota-kota. Menyentuh hatiperempuan di pelosok gampong-gampong. Kita ketuk pintu-pintu rumah warga. Mendatangi sungai tempat perempuanmencuci baju. Mendatangi kebun kopi tempat perempuanmengutip kopi sembari menggendong anaknya. Mendatangipuskesmas tempat para bidan dan perawat berseragam putih, mayoritas perempuan, bekerja mengabdikan dirinya bagikeluarga dan masyarakat. Walaupun informasinya, beberapabulan uang jasa yang harusnya diterima mereka pada 2018 lalu masih belum diterima. Mendatangi sekolah-sekolahtempat dimana –ibu- guru mendidik generasi Aceh selanjutnya. Walaupun saya sendiri berkeyakinan, menuntutilmu, menerima ilmu, mendapatkan ilmu, berbagi ilmu, tidakmesti dilakukan melalui “sekolah”.
Baru-baru ini Bireuen dilanda banjir. Hujan yang turunmenjadikan tanggul tanggul penahan luapan air roboh. Hal initerjadi karena “danau” buatan sebagai penampung tidakmampu menahan luapan air. Air berlimpah keluar dari“danau” juga tidak memiliki saluran yang membawanya kelokasi baru. Sehingga air mengarah sembarangan. Menerjangapa saja yang menghadang lintasannya. Pohon, sawah, jalanaspal, kandang ternak, pemukiman.
Air menggenangi rumah-rumah. Termasuk gampong saya; gampong Meunasah Gadong, Kecamatan Kota Juang, Kabupaten Bireuen.
“Peu keuh yang menjadi kekhawatiran utama ureuengdroneuh ban mandum, mengenai akibat banjir nyo?”
Pertanyaan ini saya lontarkan secara acak ketikabersilaturahmi kepada korban banjir. Jawaban standarterlontar, seperti khawatir nasib ternak yang hilang, hartabenda rusak, tempat tidur dan makanan disampaikan baik olehlaki-laki maupun perempuan korban banjir.
Jawaban tidak terduga justru berloncatan dari mulut mayoritasibu-ibu. Mereka khawatir akan ketersediaan air bersih, kesehatan lansia, kebutuhan khusus perempuan, keperluanbayi, dan ibu hamil.
Pada kesempatan blusukan yang lazim saya lakukan sebagaicaleg, disamping juga sudah menjadi ketertarikan sayaberdiskusi persoalan hukum. Selalu saya manfaatkankesempatan untuk bertanya persoalan hukum yang dialamioleh perempuan setempat.
“Ibu..ibu…. peukeuh na persoalan KDRT (Kekerasan DalamRumah Tangga) di gampong nyo?”
“hanaaaa bu!” serempak dijawab kencang oleh ibu-ibu.
Jawaban ini tentu membuat saya senang dan heran sekaligus. Kalau memang betul tidak ada persoalan KDRT, apakahgerangan penyebabnya. Selidik punya selidik, ternyata merekabelum paham apa itu KDRT. Apa saja yang masuk kategoriKDRT. Misalnya perlakuan pasangan yang secara psikismenyakitkan. Tidak memberikan nafkah secara sengaja.Perlindungan hukum kepada janda paska perceraian. Lebihparah lagi, masih ada pemahaman masyarakat kita bahwakekerasan terhadap perempuan adalah sesuatu yang biasa.Tentu pemahaman ini semakin melanggengkan kekerasankepada perempuan. Tidak sedikit juga kita menemukankenyataan korban merima stigma sebagai perempuan yang tidak baik. Korban kembali menjadi korban. Masih adaperlakuan lain yang selama ini dianggap sebuah kewajaran, tetapi sesungguhnya Undang-Undang telah mengaturnyakedalam perbuatan tergolong KDRT. Sayangnya kondisi inikerap membuat pelaku tidak terjerat hukum. Bebasberkeliaran dan mencari korban lain.
Pada kenyataanya persoalan domestic rumah tangga harusdiakui sangat dekat dengan perempuan. Urusan rumah tanggaadalah urusan yang penting. Persoalan perempuan adalahpersoalan penting. Itu kenapa perempuan harus mengisi posisipenting.
Pengalaman saya melakukan kampanye terfokus, perempuanberkomitmen pada kata-katanya. Beberapa gampong, menunjukkan perolehan angka yang jauh bergeser dari target awal. Sudah dibuktikan pada daerah kerja kami di pedalamanSamalanga. Ketika itu, kami menghimpun suara bagi calonbupati Bireuen dan gubernur Aceh. Kelompok perempuandisana menyebutkan sejumlah angka suara yang akan merekaupayakan. Kenyataanya, pada hari H. lembar C 2 gampong itumenunjukkan angka yang bisa dipertanggung jawabkan sesuaidengan target bersama kaum ibu tersebut.
Beberapa cerita di atas adalah modal perempuan menyonsong2019 sebagai tahunnya perempuan. Mewujudkan harapanperempuan dimulai dari tahun ini. Harapan perempuanbertumpu pada perempuan lainnya yang akan bertanding danbersanding pada 2019.
2014, jumpah perolehan kursi DPRA oleh caleg perempuanadalah 12 kursi dari total 81 kursi yang berasal dari 10 dapil. Kenyataanya tidak semua dapil mendapatkan kursi untukperempuan. Namunpun demikian, angka ini telah jauh lebihbanyak dibandingkan jumlah anggota DPRA periodesebelumnya; hanya empat orang. Pada April 2019 nanti, daritotal DCT 1.298. akan memperebutkan 81 kursi juga.
Melihat angka jumlah perempuan, maka tidak mustahil akanbanyak perempuan yang terpilih. Memang tidak tertutupkemungkinan seorang laki-laki sekalipun akan mengakomodirpersoalan perempuan. Tetapi memberikan peluang untukmenghadirkan perempuan sebagai pengambil kebijakan juga bukan scenario yang buruk.
Mari kita lihat statistik populasi perempuan berdasarkan data KIPBireuen. Kabupaten tempat saya lahir.
Peusangan Selatan, salah satu kecamatan di Bireuenmenunjukkan perbedaan angka yang signifikan pada rilis data yang ditanda-tangani PPK Kecamatan. Dari 10.499 orang yang memiliki hak pilih. Sebanyak 5.414 orang adalahperempuan. Dan sisanya 5.085 adalah laki-laki.
Pada kecamatan tetangga, Peusangan, Kecamatan denganangka DPT tertinggi se-Kabupaten Bireuen; 36.624 orang. Perbedaan angka sangat mencolok antara pemilih laki-lakidan perempuan. 19.109 orang pemilih perempuan dan 17.515 orang pemilih laki-laki.
Angka ini memiliki pola yang sama di seluruh kecamatan. Total 17 kecamatan di Bireuen, jumlah pemilih perempuanlebih tinggi dari laki-laki. Saya yakin pola ini juga serupadiseluruh Aceh; perempuan mendominasi DPT.
Benar bahwa perempuan memiliki persoalan yang tidaksederhana. Tapi dengan adanya optimism, akanmengkerdilkan hambatan yang dihadapi. Kemudian melihathambatan menjadi sebuah tantangan. Pada tahap selanjutnyamereka meloncati tantangan dan membuka peluang. Optimisme ini juga bisa menggerakkan masyarakat. Sepertimesin pada sebuah motor. Optimisme akan mengantarkanperempuan pada cita-cita yang diperjuangkan.
2019 adalah tahun mewujudkan perjuangan. Optimismemenjadikan perempuan ada. Hadir dan didengarkan.
Arabiyani
Ketua Putroe Aceh Bireue
Komentar