tanpa bermaksud apapun, imel ini kutulis di sebuah rumah sakit sederhada di aceh bagian utara. hari kedua menemani bapak dalam ujiannya.
keraguan lebih kuat menjegal keinginanku untuk menuliskan surat sederhana ini, surat sayang untuk mamak dan bapak. mamak sudah 65tahunan. bapak 75tahunan.
mamakku lucu, berkeinginan kuat dan menurut pada suami. sangat sayang pada anaknya. mengingat mamak, mengingat pasar tempat aku besar. mamak pedagang baju. kadang kala mamak membawa baju ke kampung. meninggalkan aku, abangku dan bapak di jakarta. mamak tidak segan menjunjung kain dan berbasuh peluh di pasar tanah abang ketika berbelanja.
piknikku berbeda dengan orang lain yang mengingat masa kecil dengan main ke Ancol, bioskop bahkan mall. bukannya tak pernah, kalau ada rejeki mamak pasti ajak kami, apalagi kalau ada gratisan hehe. seingat aku beberapa kali kami ikut rombongan kantor bapak yang piknik ke cibodas. ntah kenapa bapak yang seorang guru, selalu memilih cibodas tempat refresingnya. murah meriah kali ya untuk ukuran guru? . piknik yang aku jalani adalah menemani mamak berbelanja barang dagangan ke tanah abang, kemudian singgal di mesjid yang berlokasi di puncak pasar grosir itu. nah..aku akan panik berbelanja jajanan, mulai dari lontong padang, ketupat lemak, lemang tapai, lopis..perutku tidak akan penuh.
kalau hujan seidkit, mamak pasti mengijinkan aku tinggal dirumah, kalau aku bilang hangat badan, mamak pasti menyuruh aku tinggal dirumah tanpa bersekolah.
mamak rela naik bis dari jakarta ke medan selama 3 hari 3 malam untuk mendukung keluarga kami. bukan berarti gaji bapak yang guru tidak cukup. sungguh cukup. tapi mamak ingin punya rumah sendiri tanpa merongrong suaminya. ingin membiayai ibunya-nenekku- tanpa merongrong suaminya. ingin menabung, ingin banyak hal yang dia yakin harus diusahakan sendiri tanpa memaksa suaminya yang seorang guru sma memenuhi segala keinginannya.
mamak tidak segan berpindah kesatu hari pekan kehari pekan yang lain. menggelar dagangannya. kalau dagangan laku dia segera pulang kejakarta dan membuka toko lagi di pasar inpres dekat sekolah ku.
tidak lama setelah menikah, bapak memboyong mamak ke jakarta. lahir kakakkupertama, temas miati namanya. dia meninggal ketika kecil. kabarnya sakit panas, kabarnya selang infusnya cobot tersenggol nenek2. sampai sekarang kuburnya ntah dimana berada. tergusur terus oleh bangunan kota jakarta. taun 72 lahir abangku. anak kesayangan ibuku. laki-laki yang sangat menurut pada ibunya. bahkan kalau mamak melakukan kesalahan, maka abang tidak akan segan meminta maaf. tidak pernah sekalipun terdengar kata kasar dari mulutnya kepada mamak. begitu juga kepada bapak.
selang beberapa tahun lahir aku. mamak dan bapak memberikan kasih sayang berlebih pada kami. kami sayang orang tua kami. kami bangga pada mereka dengan segala kelebihan dan kekurangannya. tidak ada yang sempurna. hanya kasih sayang kami satu sama lain yang sempurna sekali. alhamdulillah.
situasi berubah ketika mamak beranjak tua. mulai sakit. terdeteksi mengidap diabetes. sempat beberapakali drop dan koma. sempat tergeletak ditempat tidur dan tidak sadar. bersyukur orang tua punya menantu yang juga sangat sayang pada mereka. suamiku dan istri abangku. kadang aku berfikir, mereka berdua sama sekali bukan orang lain yang baru 9 tahun lalu bertemu. sepertinya memang sudah lama bersama. indah sekali. semoga Allah kekalkan keindahan ini. Amin.
mamak mulai pelupa, mulai mudah sedih dan marah, banyak bertanya dan mengeluarkan perkataan yan gdiulang-ulang. akibantya sering kena marah. kadang tak tega, tapi apa mau dikata...kami manusia saja yang sering khilaf. beberapa kali keluar masuk rumah sakit. bobot badannya terus turun nyaris setengah dari yang dulu. dalam kondisi pemulihannya selama 5 tahun ini, tiba2 bapak yang sehat saja mengalami cobaan juga, terkena stroke. kami menerimanya dengan ikhlas dan lapang hati. akibat stroke mudah kejang, emosi tidak stabil. apalagi bapak tidak lagi bisa bicara seperti dulu.
...bersambung *bapak terbangun mau...
keraguan lebih kuat menjegal keinginanku untuk menuliskan surat sederhana ini, surat sayang untuk mamak dan bapak. mamak sudah 65tahunan. bapak 75tahunan.
mamakku lucu, berkeinginan kuat dan menurut pada suami. sangat sayang pada anaknya. mengingat mamak, mengingat pasar tempat aku besar. mamak pedagang baju. kadang kala mamak membawa baju ke kampung. meninggalkan aku, abangku dan bapak di jakarta. mamak tidak segan menjunjung kain dan berbasuh peluh di pasar tanah abang ketika berbelanja.
piknikku berbeda dengan orang lain yang mengingat masa kecil dengan main ke Ancol, bioskop bahkan mall. bukannya tak pernah, kalau ada rejeki mamak pasti ajak kami, apalagi kalau ada gratisan hehe. seingat aku beberapa kali kami ikut rombongan kantor bapak yang piknik ke cibodas. ntah kenapa bapak yang seorang guru, selalu memilih cibodas tempat refresingnya. murah meriah kali ya untuk ukuran guru? . piknik yang aku jalani adalah menemani mamak berbelanja barang dagangan ke tanah abang, kemudian singgal di mesjid yang berlokasi di puncak pasar grosir itu. nah..aku akan panik berbelanja jajanan, mulai dari lontong padang, ketupat lemak, lemang tapai, lopis..perutku tidak akan penuh.
kalau hujan seidkit, mamak pasti mengijinkan aku tinggal dirumah, kalau aku bilang hangat badan, mamak pasti menyuruh aku tinggal dirumah tanpa bersekolah.
mamak rela naik bis dari jakarta ke medan selama 3 hari 3 malam untuk mendukung keluarga kami. bukan berarti gaji bapak yang guru tidak cukup. sungguh cukup. tapi mamak ingin punya rumah sendiri tanpa merongrong suaminya. ingin membiayai ibunya-nenekku- tanpa merongrong suaminya. ingin menabung, ingin banyak hal yang dia yakin harus diusahakan sendiri tanpa memaksa suaminya yang seorang guru sma memenuhi segala keinginannya.
mamak tidak segan berpindah kesatu hari pekan kehari pekan yang lain. menggelar dagangannya. kalau dagangan laku dia segera pulang kejakarta dan membuka toko lagi di pasar inpres dekat sekolah ku.
tidak lama setelah menikah, bapak memboyong mamak ke jakarta. lahir kakakkupertama, temas miati namanya. dia meninggal ketika kecil. kabarnya sakit panas, kabarnya selang infusnya cobot tersenggol nenek2. sampai sekarang kuburnya ntah dimana berada. tergusur terus oleh bangunan kota jakarta. taun 72 lahir abangku. anak kesayangan ibuku. laki-laki yang sangat menurut pada ibunya. bahkan kalau mamak melakukan kesalahan, maka abang tidak akan segan meminta maaf. tidak pernah sekalipun terdengar kata kasar dari mulutnya kepada mamak. begitu juga kepada bapak.
selang beberapa tahun lahir aku. mamak dan bapak memberikan kasih sayang berlebih pada kami. kami sayang orang tua kami. kami bangga pada mereka dengan segala kelebihan dan kekurangannya. tidak ada yang sempurna. hanya kasih sayang kami satu sama lain yang sempurna sekali. alhamdulillah.
situasi berubah ketika mamak beranjak tua. mulai sakit. terdeteksi mengidap diabetes. sempat beberapakali drop dan koma. sempat tergeletak ditempat tidur dan tidak sadar. bersyukur orang tua punya menantu yang juga sangat sayang pada mereka. suamiku dan istri abangku. kadang aku berfikir, mereka berdua sama sekali bukan orang lain yang baru 9 tahun lalu bertemu. sepertinya memang sudah lama bersama. indah sekali. semoga Allah kekalkan keindahan ini. Amin.
mamak mulai pelupa, mulai mudah sedih dan marah, banyak bertanya dan mengeluarkan perkataan yan gdiulang-ulang. akibantya sering kena marah. kadang tak tega, tapi apa mau dikata...kami manusia saja yang sering khilaf. beberapa kali keluar masuk rumah sakit. bobot badannya terus turun nyaris setengah dari yang dulu. dalam kondisi pemulihannya selama 5 tahun ini, tiba2 bapak yang sehat saja mengalami cobaan juga, terkena stroke. kami menerimanya dengan ikhlas dan lapang hati. akibat stroke mudah kejang, emosi tidak stabil. apalagi bapak tidak lagi bisa bicara seperti dulu.
...bersambung *bapak terbangun mau...
Komentar