Medan menjadi sangat menarik kali ini. Sudut kota dan simpang jalan yang biasanya hambar, menjadi sangat seksi kali ini. Mungkin karena Medan biasanya hanyalah sebuah tempat singgah saja. Sebelumnya Medan hanya tempat singgah dari banda Aceh ke Jakarta , Singkil, Kuta Cane, bahkan Penang . Kalaupun sengaja ke Medanpun, mungkin untuk pelatihan atau kepetingan lain yang tidak ada kaitannya dengan istilah liburan.
Satu bulan tinggal di takengon dengan liku jalan yang tajam dan naik turun, membuat ku kangen menikmati kemudi di lurusnya jalan. Paling tidak jalan di penghujung propinsi Aceh ini. Perjalanan 3 jam lebih dari Langsa ke Medan begitu santai dan asik. Musik ringan di antara ocehan kami membuat perjalanan terasa singkat. Kami juga melewati warung tepi jalan yang ber bandrol oriental (baca tulisan Kautsar ttg itu). Kautsar menunjuk satu warung sibuk yang dia maksud dalam ceritanya.
Melewati kota Binjai, terlihat gerobak biru kejihauan bertuliskan kolding dan bubur kacang hijau-ketan hitam. Suasana dingin akibat gerimis merayu kami untuk menepikan mobil. 1 porsi kacang hijau-ketan hitam dan 1 porsi kolding telah menyumpal perut kami. Laju mobil yang bertambah membuat ocehan semakin semarak, Medan pun telah tercium baunya.
Kendaraan pinjaman kantor langsung diarahkan ke Phalladium. Ternyata film yang kami inginkan tidak diputar. Kami memutuskan mengarah ke Sun Plaza. Film yang dibintangi Demi Moore baru di putar 1 jam lagi. Sambil menunggu, kami memilih duduk di warung kopi depan bioskop. Aku pesan teh susu dinign, kosar memilih minuman sama yang panas. 1 porsi roti bakar dan 1 porsi pisang goren panas setia sekali menemani kami berdua. Obrolan ngalor ngidul yang sudah lama sekali tiak kami lakukan membuat waktu 1 jam menunggu tidak terasa berlalu. Dimulai dari gosip ringan seputar konstalasi politik warung kopi, sampai dengan kerjaan kita masing-masing.
Filmnya bagus sekali, bercerita tentang seorang cerdas yang menjadi motor penggerak perusahaan yang menguasasi penjualan batu permata. Film itu seperti cerita berjalan dari materi beberapa buku yang kubaca mengenai sistem ekonomi kapitalistik yang bias jender. Perempuan, kerap tersisih sebagaimanapun cerdasnya dia. Dengan bantuan seorang lelaki, mungkin tepatnya bukan bantuan karena ternyata mereka sama-sama membantu dan sama-sama terbantu. Duet si Perempuan tangguh dengan laki-laki pekeja kasar di perusahaan itu berhasil membuat jera pemilik perusahaan dan broker perusahaan asuransi yang korup. Sekali Kayuh, beberapa musuh tumbang. Termasuk seorang penyidik yang gagal bertindak idealis karena decerdasan Demi Moore yang membuatnya terpukau. Walau tanpa ada kisah romantisme seperti yang biasanya di obral film biasa, kisah flasback dengan setting tahun 50an ini membuatku yakin kalian semua yang belum menonton pasti akan suka. Judulya? Wah..aku lupa... masalah ini memang kebiasaan ku, tidak ingat judul film. Tentang kebiasaan ini, Kautsar beberapa kali jadi korban karena ternyata kita nonton film yang sudah pernah kita tonton sebelumnya, hanya karena aku lupa judul film.
Apa dinyana, hari ini tepat hari imlek. Kota medan sangat sepi. Hampir rata jalan utama lengang. Toko tutup semua. Ah.. ternyata sebegitu banyaknyakah etnis cina di Medan? Sedemikian dominannya kah mereka? Perayaan imlek kali ini cukup membuat jelas kalau roda ekonomi Medan masih dikuasai oleh etnis berkulit terang nan indah itu. Tidak ada yang salah memang....Bahkan hari raya imlek sudah menjadi hari libur nasional, sama dengan hari raya yang lain.
Pulang menonton, Kautsar mengajakku menikmati livemusic. Ternyata saudara-saudara...menghormati malam jum'at menjadi alasan ditiadakannya musik malam ini (??). Kami lansung merapat ke hotel. Menginap di lantai 3, dengan akses internet dan obrolan ringan tentang kisah yang belum sempat di bincangkan tadi siang membawa kami hingga larut malam. Sebelumnya kami sibuk mengganggu seorang teman lewat fasilitas Yahoo messenger. Sampai dia (she) marah dan sign out tanpa permisi. Ntahlah..apakah benar sign out atau sekedar invisible karena kesal dengan joke yang kami lakukan. Kautsar tidur duluan, aku masih browsing bahan tulisan. Jam sudah menunjukkan pukul 4 dini hari, lewat malah, ketika mataku mulai lelah dan menngantuk.
Tak terasa, rencana kita mau bangun awal buyar. Sudah jam 8 lewat, tapi masih malas meninggalkan tempat tidur. Kami memilih memperlambat gerak demi menikmati sejuknya kamar dan empuknya kasur. Jam 9 !!! Tergesa-gesa kami mandi, sarapan dan langsung check out. Kembali memutari sudut kota medan sampai ke gang kecil yang sebelumnya tidak pernah kami kunjungi. Berputar di medan kali ini begitu mengasyikan. Terasa panjang di awal dan singkat di akhir. Kautsar bilang “kali nyoe Medan lheuh keu kee...”. :-)
Semalam di Medan singkat, padat. Memang benar, bukan kuantitas yang penting, tapi paling penting kualitas. Jam 5 sore aku antar Kautsar ke bandara sedangkan malamnya, jam 8 aku harus menuju Bireuen.
Satu bulan tinggal di takengon dengan liku jalan yang tajam dan naik turun, membuat ku kangen menikmati kemudi di lurusnya jalan. Paling tidak jalan di penghujung propinsi Aceh ini. Perjalanan 3 jam lebih dari Langsa ke Medan begitu santai dan asik. Musik ringan di antara ocehan kami membuat perjalanan terasa singkat. Kami juga melewati warung tepi jalan yang ber bandrol oriental (baca tulisan Kautsar ttg itu). Kautsar menunjuk satu warung sibuk yang dia maksud dalam ceritanya.
Melewati kota Binjai, terlihat gerobak biru kejihauan bertuliskan kolding dan bubur kacang hijau-ketan hitam. Suasana dingin akibat gerimis merayu kami untuk menepikan mobil. 1 porsi kacang hijau-ketan hitam dan 1 porsi kolding telah menyumpal perut kami. Laju mobil yang bertambah membuat ocehan semakin semarak, Medan pun telah tercium baunya.
Kendaraan pinjaman kantor langsung diarahkan ke Phalladium. Ternyata film yang kami inginkan tidak diputar. Kami memutuskan mengarah ke Sun Plaza. Film yang dibintangi Demi Moore baru di putar 1 jam lagi. Sambil menunggu, kami memilih duduk di warung kopi depan bioskop. Aku pesan teh susu dinign, kosar memilih minuman sama yang panas. 1 porsi roti bakar dan 1 porsi pisang goren panas setia sekali menemani kami berdua. Obrolan ngalor ngidul yang sudah lama sekali tiak kami lakukan membuat waktu 1 jam menunggu tidak terasa berlalu. Dimulai dari gosip ringan seputar konstalasi politik warung kopi, sampai dengan kerjaan kita masing-masing.
Filmnya bagus sekali, bercerita tentang seorang cerdas yang menjadi motor penggerak perusahaan yang menguasasi penjualan batu permata. Film itu seperti cerita berjalan dari materi beberapa buku yang kubaca mengenai sistem ekonomi kapitalistik yang bias jender. Perempuan, kerap tersisih sebagaimanapun cerdasnya dia. Dengan bantuan seorang lelaki, mungkin tepatnya bukan bantuan karena ternyata mereka sama-sama membantu dan sama-sama terbantu. Duet si Perempuan tangguh dengan laki-laki pekeja kasar di perusahaan itu berhasil membuat jera pemilik perusahaan dan broker perusahaan asuransi yang korup. Sekali Kayuh, beberapa musuh tumbang. Termasuk seorang penyidik yang gagal bertindak idealis karena decerdasan Demi Moore yang membuatnya terpukau. Walau tanpa ada kisah romantisme seperti yang biasanya di obral film biasa, kisah flasback dengan setting tahun 50an ini membuatku yakin kalian semua yang belum menonton pasti akan suka. Judulya? Wah..aku lupa... masalah ini memang kebiasaan ku, tidak ingat judul film. Tentang kebiasaan ini, Kautsar beberapa kali jadi korban karena ternyata kita nonton film yang sudah pernah kita tonton sebelumnya, hanya karena aku lupa judul film.
Apa dinyana, hari ini tepat hari imlek. Kota medan sangat sepi. Hampir rata jalan utama lengang. Toko tutup semua. Ah.. ternyata sebegitu banyaknyakah etnis cina di Medan? Sedemikian dominannya kah mereka? Perayaan imlek kali ini cukup membuat jelas kalau roda ekonomi Medan masih dikuasai oleh etnis berkulit terang nan indah itu. Tidak ada yang salah memang....Bahkan hari raya imlek sudah menjadi hari libur nasional, sama dengan hari raya yang lain.
Pulang menonton, Kautsar mengajakku menikmati livemusic. Ternyata saudara-saudara...menghormati malam jum'at menjadi alasan ditiadakannya musik malam ini (??). Kami lansung merapat ke hotel. Menginap di lantai 3, dengan akses internet dan obrolan ringan tentang kisah yang belum sempat di bincangkan tadi siang membawa kami hingga larut malam. Sebelumnya kami sibuk mengganggu seorang teman lewat fasilitas Yahoo messenger. Sampai dia (she) marah dan sign out tanpa permisi. Ntahlah..apakah benar sign out atau sekedar invisible karena kesal dengan joke yang kami lakukan. Kautsar tidur duluan, aku masih browsing bahan tulisan. Jam sudah menunjukkan pukul 4 dini hari, lewat malah, ketika mataku mulai lelah dan menngantuk.
Tak terasa, rencana kita mau bangun awal buyar. Sudah jam 8 lewat, tapi masih malas meninggalkan tempat tidur. Kami memilih memperlambat gerak demi menikmati sejuknya kamar dan empuknya kasur. Jam 9 !!! Tergesa-gesa kami mandi, sarapan dan langsung check out. Kembali memutari sudut kota medan sampai ke gang kecil yang sebelumnya tidak pernah kami kunjungi. Berputar di medan kali ini begitu mengasyikan. Terasa panjang di awal dan singkat di akhir. Kautsar bilang “kali nyoe Medan lheuh keu kee...”. :-)
Semalam di Medan singkat, padat. Memang benar, bukan kuantitas yang penting, tapi paling penting kualitas. Jam 5 sore aku antar Kautsar ke bandara sedangkan malamnya, jam 8 aku harus menuju Bireuen.