Dua minggu lalu, saya, Rini, Nurul, Desi, Ria, Sri, Kanda dan Nola melepas tukik ke pantai Babah Dua, Lampu Uk, Banda Aceh. pelepasan kami ini cukup meriah dan "well prepared" dibandingkan dengan acara pelepasan tahun lalu.
Sungguh senang tidak terkira melihat tukik itu begitu semangat mendorong badan mungilnya, merangkak menggapai laut. pengunjung bersorak kegirangan. tidak sedikit yang mengambil foto, mengabadikan sebuah cerita dalam gambar, meneruskannya kepada yang lain.
Serombongan anak usia taman kanak-kanak, mengenakan seragam kaus merah berlarian dikerumunan berteriak girang sekaligus geli. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka, semoga saja mereka mengerti bahwa mereka menjadi saksi arti kebebasan dan menghadapi tantangan. Kebebasan memang selalu bergandengan tangan dengan tantangan.
Kanda dan Naula, keponakan kecil ku yang baru saja masuk sekolah dasar, meninggalkan jadwal mengaji di Masjid untuk menyaksikan pelepasan tukik. Naula senang sekali ketika disuruh membawa kotak aqua, berkeliling meminta sumbangan. Kanda memperhatikan, senang dan malu.
Semua orang berbahagia. Tidak ada yang cemberut, kalaupun ada mungkin itu saya. Beberapa kali saya berteriak gemas melihat pengunjung yang menyeberang tali batas menonton. memegang tukik untuk difoto. akhirnya ketika ombak menghempas kepantai, tukik yang limbung berserakan harus menerima nasib; lolos atau terpijak kaki pengunjung yang tidak taat peraturan.
Ceritanya dimulai dari beberapa tahun kebelakang, mungkin 5 tahun yang lalu. Saya dan beberapa kawan sesama gank Lampu Uk sangat "pantai-maniak". untung sekali lokasi tempat tinggal kami hanya 45 menit dari pantai. jadi dalam seminggu kami bisa beberapa kali bolak balik ke pantai. Membersihkan pantai. membeli keranjang sampah. Hampir setiap minggu seperti itu. Tapi sayang, satu-satu kami berpindah tempat tinggal. kegiatan terhenti.
Dalam kurun waktu kesepian tanpa kegiatan dipantai, saya melihat telur penyu dijual bebas. Iseng, mengambil gambarnya dan menyebarkan lewat jejaring sosial. Beberapa kali dalam sebulan saya memperhatikan maraknya penjualan telur penyu. saya mulai mewawancarai pedagang dan mendapatkan cerita lokasi didapatkannya telur tersebut, salah satunya di Lampu Uk.
Pertemangan dengan penjual disepanjang pantai Lampu Uk sangat menguntungkan. Ketika disampaikan rencana mengintip penyu bertelur, semua setuju. Ketika disampaikan rencanan menetaskan telur penyu, hampir semua mereka tidak sepakat.
"Penyu bertelur ditempat ini, dia memilih untuk berbagi dengan kita. kenapa kita menolak rezeki?"
Demikian menurut para pedagang. Saya tidak kehabisan akal, kami membeli telur tersebut dengan harga 4 kali lipat harga pasar, dnegan syarat; tidak boleh dipindahkan sampai menetas.
Sampai beberapa lama sejak itu, saya, suami dan beberapa teman mulai piket malam menunggu mendaratnya penyu.Cerita menjaga penyu ini akan saya tulis pada kesempatan yang lain. begitu banyak keasyikan kami dapat. mulai dari tidak boleh ribut, tidka boleh menyalakan senter dan sebagainya. belum lagi hawa dan angin dingin pantai yang menusuk.
Sayangnya setiap kali saya ikut, saya selalu gagal bertemu penyu. sampai habis satumusim penyu mendarat, kami tidak berhasil menemukan satu butir telur penyupun. padahal telur dipasar masih juga banyak. Lain dengan teman-teman yang selalu sukses bertemu penyu. malah satu kali mereka sempat berfoto bersama penyu belimbing yang mendarat (dalam hal ini saya tidak setuju..ngapain difoto..)
Tapi semua itu sudah lewat, kalau sekarang melihat betapa banyak orang baru yang bersolidaritas terhadap penyu, saya senang sekali. apalagi anak kecil ini yang pasti merekam bahwa penyu itu harus dilindungi.
Sungguh senang tidak terkira melihat tukik itu begitu semangat mendorong badan mungilnya, merangkak menggapai laut. pengunjung bersorak kegirangan. tidak sedikit yang mengambil foto, mengabadikan sebuah cerita dalam gambar, meneruskannya kepada yang lain.
Serombongan anak usia taman kanak-kanak, mengenakan seragam kaus merah berlarian dikerumunan berteriak girang sekaligus geli. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka, semoga saja mereka mengerti bahwa mereka menjadi saksi arti kebebasan dan menghadapi tantangan. Kebebasan memang selalu bergandengan tangan dengan tantangan.
Kanda dan Naula, keponakan kecil ku yang baru saja masuk sekolah dasar, meninggalkan jadwal mengaji di Masjid untuk menyaksikan pelepasan tukik. Naula senang sekali ketika disuruh membawa kotak aqua, berkeliling meminta sumbangan. Kanda memperhatikan, senang dan malu.
Semua orang berbahagia. Tidak ada yang cemberut, kalaupun ada mungkin itu saya. Beberapa kali saya berteriak gemas melihat pengunjung yang menyeberang tali batas menonton. memegang tukik untuk difoto. akhirnya ketika ombak menghempas kepantai, tukik yang limbung berserakan harus menerima nasib; lolos atau terpijak kaki pengunjung yang tidak taat peraturan.
Ceritanya dimulai dari beberapa tahun kebelakang, mungkin 5 tahun yang lalu. Saya dan beberapa kawan sesama gank Lampu Uk sangat "pantai-maniak". untung sekali lokasi tempat tinggal kami hanya 45 menit dari pantai. jadi dalam seminggu kami bisa beberapa kali bolak balik ke pantai. Membersihkan pantai. membeli keranjang sampah. Hampir setiap minggu seperti itu. Tapi sayang, satu-satu kami berpindah tempat tinggal. kegiatan terhenti.
Dalam kurun waktu kesepian tanpa kegiatan dipantai, saya melihat telur penyu dijual bebas. Iseng, mengambil gambarnya dan menyebarkan lewat jejaring sosial. Beberapa kali dalam sebulan saya memperhatikan maraknya penjualan telur penyu. saya mulai mewawancarai pedagang dan mendapatkan cerita lokasi didapatkannya telur tersebut, salah satunya di Lampu Uk.
Pertemangan dengan penjual disepanjang pantai Lampu Uk sangat menguntungkan. Ketika disampaikan rencana mengintip penyu bertelur, semua setuju. Ketika disampaikan rencanan menetaskan telur penyu, hampir semua mereka tidak sepakat.
"Penyu bertelur ditempat ini, dia memilih untuk berbagi dengan kita. kenapa kita menolak rezeki?"
Demikian menurut para pedagang. Saya tidak kehabisan akal, kami membeli telur tersebut dengan harga 4 kali lipat harga pasar, dnegan syarat; tidak boleh dipindahkan sampai menetas.
Sampai beberapa lama sejak itu, saya, suami dan beberapa teman mulai piket malam menunggu mendaratnya penyu.Cerita menjaga penyu ini akan saya tulis pada kesempatan yang lain. begitu banyak keasyikan kami dapat. mulai dari tidak boleh ribut, tidka boleh menyalakan senter dan sebagainya. belum lagi hawa dan angin dingin pantai yang menusuk.
Sayangnya setiap kali saya ikut, saya selalu gagal bertemu penyu. sampai habis satumusim penyu mendarat, kami tidak berhasil menemukan satu butir telur penyupun. padahal telur dipasar masih juga banyak. Lain dengan teman-teman yang selalu sukses bertemu penyu. malah satu kali mereka sempat berfoto bersama penyu belimbing yang mendarat (dalam hal ini saya tidak setuju..ngapain difoto..)
Tapi semua itu sudah lewat, kalau sekarang melihat betapa banyak orang baru yang bersolidaritas terhadap penyu, saya senang sekali. apalagi anak kecil ini yang pasti merekam bahwa penyu itu harus dilindungi.
Komentar