http://theglobejournal.com/kategori/sosial/mengintip-lafal-transaksi-lembu-di-aceh.php
Arabiyani [Pengusaha Buku Langka di Banda Aceh] | Sabtu, 29 Oktober 2011
Bireuen - "Bismillahirrahmanirrahim, Loen peublo leumo loen keu gata, leumo mirah raya tumbon, leumo keu droen , peng keu ulon" "Alhamdulillah, loen teuriomong leumo droen, peng keu droen".
Jabatan tangan selesai, lega rasanya. Mantan pemilik sapi berpesan : lembu ini saya rawat sendiri dengan tangan saya, saya kasih makan dengan rasa sayang. mudah-mudahan bermanfaat apalagi untuk qurban. Terharu sekali, mendengar kata lirih sosok tua berkacamata itu. teringat tawar menawar tadi. lembu tak dilepas dari Rp 8.850.000 apapun yang terjadi.
Demikian sepintas seruput perasaan yang mengalir dalam diri ini ketika transaksi berhasil. Meluruhkan perasaan bingung, deg degan, takut dan sebagainya. Maklum, baru kali ini masuk ke pasar hewan di Bireuen. Ribuan hewan berjejer, sapi pada barisan sendiri, begitu juga kerbau, kambing dan biri-biri, semua punya barisan masing-masing. Dipukul-pukul untuk memastikan dagingnya banyak. di putar kesana kemari, dihalau hilir mudik. Aroma kotoran yang menguap aku nikmati saja. toh jarang-jarang suasana seperti ini kita temukan.
Agen-agen tidak kalah sibuk, berjalan kesana sini, merayu pembeli agar memilih lembu tunjukkanya. Dengan harapan ada sedikit lembaran rupiah yang mengalir ke koceknya.
Pertama tiba, penulis, Bang Hasan, Lefa, berkeliling dulu. Tak disangka kami bertemu banyak tetangga di sekitar rumah yang menjual lembu/sapi . Ada juga Si Agam agen lembu yang sigap membantu. Kami harus sangat hati-hati, tak jarang lembu mengamuk dan menyeruduk. Belum lagi keluar masuk truk ke areal parkir lembu. Tak sadar, hanya aku dan Lefa yang perempuan. Selebihnya laki-laki semua. Beberapa putaran, akhirnya kami mendapat intruksi untuk berteduh di salah satu warung kopi kagetan. "Harga lembu sekarang masih mahal, nanti saja setelah makan nasi siang kita transaksinya. Itu pasti sudah di turunkan karena khawatir tidak laku. Apalagi ke depan tidak ada lagi peukan besar seperti ini, " kata Bang Hasan. Penulis dan Lefa menurut dan meletakkan lelah di atas kursi kayu warung Kak Er. salah satu penjual nasi dan minuman yang tetangga kami juga.
"Yang datang kesini bukan cuma orang Bireuen, orangBanda juga ramai seperti mister itu...saya sering lihat dia" kata Kak Er menunjuk seorang berperawakan tinggi besar, putih, berambut pirang. Mereka orang Turki yang ingin membeli hewan qurban. Ramai juga orang dari daerah lain sekitar seperti Lhokseumawe, Panton Labu dan Pidie.
"Kalau sapi siang memang lebih murah, karena kalau terpaksa dibawa pulang ongkosnya juga mahal. apalagi kalau yang terpaksa jalan kaki, bisa larut malam sampai di rumah, jangan lupa minta surat nanti ya, surat jual beli dan harga tiket keluar Rp 5.000, " ingat Kak Er. Hah..mirip jual beli perabot juga rupanya,
Satu hal lagi yang menakutkan, karena harus membawa uang cash untuk 4 ekor sapi. Padahal penulis termasuk orang yang anti membaca cash. jadilah sempurna kekhawatiran aku sejak berangkat dari rumah, di perjalanan dan ketika berkeliling.
Setelah sukses bertransaksi pertama kali, rasa percaya diri pun meningkat, apalagi mulai nampak satu dua ibu-ibu mencari hewan qurban. transaksi ke 2 , 3 dan 4 juga demikian. Alhamdulillah, uang di tas berkurang, berganti dengan 4 ekor sapi qurban yang luar biasa sehat dan bagus penampilannya. semoga ada berkah untuk Ama Ine Renggali, orang tua, Bang Hasan dan Lefa yang sudah membantu dalam sengatan matahari dan serudukan sapi.
Arabiyani [Pengusaha Buku Langka di Banda Aceh] | Sabtu, 29 Oktober 2011
Bireuen - "Bismillahirrahmanirrahim, Loen peublo leumo loen keu gata, leumo mirah raya tumbon, leumo keu droen , peng keu ulon" "Alhamdulillah, loen teuriomong leumo droen, peng keu droen".
Jabatan tangan selesai, lega rasanya. Mantan pemilik sapi berpesan : lembu ini saya rawat sendiri dengan tangan saya, saya kasih makan dengan rasa sayang. mudah-mudahan bermanfaat apalagi untuk qurban. Terharu sekali, mendengar kata lirih sosok tua berkacamata itu. teringat tawar menawar tadi. lembu tak dilepas dari Rp 8.850.000 apapun yang terjadi.
-foto saya ambil dari mesin pencari google-
Agen-agen tidak kalah sibuk, berjalan kesana sini, merayu pembeli agar memilih lembu tunjukkanya. Dengan harapan ada sedikit lembaran rupiah yang mengalir ke koceknya.
Pertama tiba, penulis, Bang Hasan, Lefa, berkeliling dulu. Tak disangka kami bertemu banyak tetangga di sekitar rumah yang menjual lembu/sapi . Ada juga Si Agam agen lembu yang sigap membantu. Kami harus sangat hati-hati, tak jarang lembu mengamuk dan menyeruduk. Belum lagi keluar masuk truk ke areal parkir lembu. Tak sadar, hanya aku dan Lefa yang perempuan. Selebihnya laki-laki semua. Beberapa putaran, akhirnya kami mendapat intruksi untuk berteduh di salah satu warung kopi kagetan. "Harga lembu sekarang masih mahal, nanti saja setelah makan nasi siang kita transaksinya. Itu pasti sudah di turunkan karena khawatir tidak laku. Apalagi ke depan tidak ada lagi peukan besar seperti ini, " kata Bang Hasan. Penulis dan Lefa menurut dan meletakkan lelah di atas kursi kayu warung Kak Er. salah satu penjual nasi dan minuman yang tetangga kami juga.
"Yang datang kesini bukan cuma orang Bireuen, orangBanda juga ramai seperti mister itu...saya sering lihat dia" kata Kak Er menunjuk seorang berperawakan tinggi besar, putih, berambut pirang. Mereka orang Turki yang ingin membeli hewan qurban. Ramai juga orang dari daerah lain sekitar seperti Lhokseumawe, Panton Labu dan Pidie.
"Kalau sapi siang memang lebih murah, karena kalau terpaksa dibawa pulang ongkosnya juga mahal. apalagi kalau yang terpaksa jalan kaki, bisa larut malam sampai di rumah, jangan lupa minta surat nanti ya, surat jual beli dan harga tiket keluar Rp 5.000, " ingat Kak Er. Hah..mirip jual beli perabot juga rupanya,
Satu hal lagi yang menakutkan, karena harus membawa uang cash untuk 4 ekor sapi. Padahal penulis termasuk orang yang anti membaca cash. jadilah sempurna kekhawatiran aku sejak berangkat dari rumah, di perjalanan dan ketika berkeliling.
Setelah sukses bertransaksi pertama kali, rasa percaya diri pun meningkat, apalagi mulai nampak satu dua ibu-ibu mencari hewan qurban. transaksi ke 2 , 3 dan 4 juga demikian. Alhamdulillah, uang di tas berkurang, berganti dengan 4 ekor sapi qurban yang luar biasa sehat dan bagus penampilannya. semoga ada berkah untuk Ama Ine Renggali, orang tua, Bang Hasan dan Lefa yang sudah membantu dalam sengatan matahari dan serudukan sapi.
Komentar