Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2008

Pemerintah Cerdas, Perempuan Berdaya, Ekonomi Kuat

Sama halnya dengan komunitas ekonomi lemah lainnya, perempuan kerap di identikkan sebagai kelompok masyarakat yang memerlukan belas kasihan. Bahwa mereka dilabelkan sebagai makhluk tanpa daya yang hanya mampu menerima. Anggapan sedemikian bertabrakan dengan situasi dimana perempuan justru memiliki peranan besar dalam realitas sosial ekonomi masyarakat. Perempuan mampu menghancurkan discourse sarat makna negatif kepada fakta bahwa mereka bukanlah makhluk lemah seperti yang selama ini sudah di labelkan. Perempuan bukan makhluk yang hanya mampu berpangku tangan sambil menunggu aliran uang masuk dari ayahnya, suaminya, atau saudara laki-lakinya. Apa yang terjadi sesungguhnya adalah perempuan juga mampu menjaminkan hadirnya sumber pendapatan terhadap dirinya sendiri, keluarga intinya bahkan kepada keluarga besarnya. Dalam skala nasional, perempuan memegang peranan penting paska terjadinya krisis moneter. Pada saat itu, sekian banyak laki-laki menerima konsekuensi logis porak porandanya

Bireuen - Takengon

Akhir desember lalu aku terima memo mutasi wilayah kerja, yang sekaligus merubah tanggung kerja. Aku akan kerja di Regional 3 BRR. Berarti, harus bolak balik antara Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues dan Aceh Tenggara. Hm... akan ada berkali-kali perjalanan menarik antara 4 kabupaten di tengah provinsi Aceh. Sebenarnya Kepala Regional sudah berbaik hati meminta salah seorang supir untuk menjemputku. Tapi entah kenapa aku dirasuki rasa kangen yang begitu berat untuk naik Bireuen Express (biasanya orang-orang hanya cukup menyingkat angkutan rakyat itu dengan BE saja). Disamping cerita Mia dengan perjalanan malamnya yg membuat aku makin kangen dengan B E. Memang, setelah di ingat-ingat, kali terakhir aku naik BE itu  tahun 2000an awal atau sekitar 8 tahun yang lalu. Waktu itu, karena keterbatasan alat transportasi, BE menjadi jawara penolong bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Dan niat-ku pun semakin mantap untuk kembali menikmati perjalanan kali ini dengan bis berwarna kuning

Takengon - Kuta Cane

Besok, 17 Januari 2008, akan dilaksanakan penandatanganan kontrak secara serentak di beberapa distrik. Untuk Regional 3, distrik yang telah siap hanya distrik Aceh Tenggara. Sebagai enanggung jawab program, aku harus ada disana menyaksikan prosesi penanda tanganan kontrak, bersama kontraktor, satker dan tentunya pemda. Aku tidak sabar berbagi cerita, bagaimana aku berjuang dari Takengon ke Kuta Cane melalui Gayo Lues. Ah.. perjalanan 8 jam lebih yang sangat melelahkan dan menantang. Dimulai dari pembuatan surat tugas. Surat tugas ku tidak ada yang tanda tangani karena kepala regional tidak di tempat. Ternyata, kemarin pak kepala regional keluar kota tanpa meninggalkan selembar suratpun yang menerangkan siapa pejabat yang bertanggung jawab sementara. Artinya...suratku tidak ada yang bisa menandatanganinya. Dan ini bukan kali pertama terjadi, di regional 3..pergi tanpa surat tugas tertanda tangani adalah biasa. Masalah selanjutnya, salah satu anggota tim yang aku ajak serta terny

Semalam di Medan

Medan menjadi sangat menarik kali ini. Sudut kota dan simpang jalan yang biasanya hambar, menjadi sangat seksi kali ini. Mungkin karena Medan biasanya hanyalah sebuah tempat singgah saja. Sebelumnya Medan hanya tempat singgah dari banda Aceh ke Jakarta , Singkil, Kuta Cane, bahkan Penang . Kalaupun sengaja ke Medanpun, mungkin untuk pelatihan atau kepetingan lain yang tidak ada kaitannya dengan istilah liburan. Satu bulan tinggal di takengon dengan liku jalan yang tajam dan naik turun, membuat ku kangen menikmati kemudi di lurusnya jalan. Paling tidak jalan di penghujung propinsi Aceh ini. Perjalanan 3 jam lebih dari Langsa ke Medan begitu santai dan asik. Musik ringan di antara ocehan kami membuat perjalanan terasa singkat. Kami juga melewati warung tepi jalan yang ber bandrol oriental (baca tulisan Kautsar ttg itu). Kautsar menunjuk satu warung sibuk yang dia maksud dalam ceritanya. Melewati kota Binjai, terlihat gerobak biru kejihauan bertuliskan kolding dan bubur kacang hijau-ket